BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR
BELAKANG
Belajar merupakan suatu proses internalisasi pengetahuan dalam diri
individu. Aktivitas belajar akan berlangsung efektif apabila seseorang yang belajar
berada dalam keadaan positif dan bebas dari tertekan (presure). Selama
ini proses belajar yang berlangsung di sekolah maupun program-program pelatihan
yang diselenggarakan cenderung berlangsung dalam suasana yang monoton dan
membosankan. Dalam kondisi ini guru hanya menuangkan ilmu pengetahuan kedalam
kepala siswa yang berlaku pasif yang dikenal dengan istilah “pour and
snoor”. Materi yang diajarkan hanya diceramahkan tanpa ada upaya untuk
melibatkan potensis siwa untuk berpikir dan memberi respon terhadap pengetahuan
yang ditransfer. Kadang-kadang aktivitas belajar disertai dengan ancaman yang
membuat siswa cenderung mencari selamat. Aktivitas belajar seperti ini, jelas
tidak akan membuat pembelajar (learner) dapat menciptakan pengetahuan
secara optimal. Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut banyak perubahan
mendasar yang perlu dilakukan agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi
yang dimiliki memjadi kompetensi aktual. Perubahan mendasar yang perlu
dilakukan mencakup penggunaan strategi dam metode pembelajaran yang dapat
menjadikan proses belajar bukan lagi sebuah proses yang menakutkan tapi menjadi
sebuah proses yang menyenangkan (fun) dan dapat membuat seseorang dapat
berkreasi dengan pengetahuan yang dipelajarinya. Salah satu model atau metode
dan strategi pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah Accelerated Learning
sebagai cara untuk menciptakan aktivitas belajar menjadi sebuah proses yang
menyenangkan. Accelerated Learning merupakan pendekatan belajar yang lebih maju
dari pada pendekatan yang umum digunakan saat ini. Implementasi Accelerated
Learning pada proses belajar di sekolah dapat memberikan beberapa keuntungan
yang dapat membantu mengatasi berbagai masalah pembelajaran.
Makalah ini akan membahas tentang pembelajaran akselerasi atau
Accelerated Learning (AL) yakni suatu cara yang diperlukan untuk membuka tirai
kreativitas, sehingga setiap individu dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki
untuk menyelesaikan masalah secara kreativ yang pada akhirnya menjadi jalan
raya bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Dengan tersajinya makalah ini diharapkan dapat membantu
meningkatkan pemahaman mengenai Accelerative Learning sehingga dapat
mempermudah pengimplikasiannya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan anak
Indonesia.
1.2. RUMUSAN
MASALAH
1.
Masalah Apa Saja yang terjadi dalam proses
belajar di Sekolah?
2.
Apakah
yang dimaksud dengan Accelerative Learning?
3.
Prinsip
apa saja yang mendasari Accelerative Learning?
4.
Bagaimana
strategi pembelajaran Accelerative Learning?
5.
Manfaat
apa saja yang bisa diperoleh dengan penerapan Accelerative Learning?
1.3.TUJUAN
1.
Menjelaskan masalah-masalah yang terjadi
dalam proses belajar di Sekolah.
2.
Menjelaskan
pengertian Accelerative Learning.
3.
Menyebutkan
prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran Accelerative Learning.
4.
Menjelaskan
berbagai strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Accelerative
Learning.
5.
Menyebutkan
beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan pengimplementasian Accelerative
Learning.
BAB II
PEMBAHASAN
MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACCELERATIVE LEARNING
2.1
Masalah dalam Proses Belajar di Sekolah
Meler
memberikan opini tentang masalah-masalah belajar yang sering terjadi di dalam
pelaksanaan aktivitas belajar disekolah. Masalah-masalah yang kerap terjadi di
sekolah adalah :
·
Materi
ajar yang tidak bermakna
·
Belajar
hanya berisi ceramah yang membosankan
·
Guru
hanya menyuapi (xpoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang bersifat
superficial.
·
Proses
belajar bukan merupakan proses yang mnyenangkan tapi menakutkan.
Proses belajar yang berlangsung di sekolah menurut penulis
cenderung tidak memberikan pengetahuan tentang manfaat pengetahun yang
dipelajari. Bahan yang harus dipelajari hanya bersifat hafalan-hafalan tanpa
makna. Siswa tidak diajak untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk membangun
pengetahuan yang mempunyai makna sesuai kebutuhan dan kemampuan. Materi
pelajaran yang dipelajari seringkali tidak dikaitkan dengan dunia dan
lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang.
Keempat adalah belajar yang terjadi pada dasarnya saling terkait sau
sama lain, masalah ini berakibat langsung terhadap rendahnya kualits hasil
belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti aktivitas pembelajaran di
sekolah.
Dave Meier (2000)
mengemukakan masalah-masalah yang berlangsung di sekolah dengan istilah-istilah
sebagai berikut :
·
Boring
lectures – ceramah yang membosankan
·
Pour
and snore – menyuapi dan siswa tertidur
·
Closed
system – system tertutup
·
Competition
between learns – kompetensi
diantara siswa
·
Joylessness – tidak menyenangkan
·
University – seragam
·
Dogmatic – dogmatic
·
Passive
learns – siswa pasif
Reptilian brain approach –
menakut-nakuti atau mengancam
2.2. PENGERTIAN ACCELERATED LEARNING
Accelerative
artinya percepatan dan Learning artinya pembelajaran. Accelerative
Learning sering kali disebut juga Accelerated Learning. Accelerated itu sendiri
bermakna dipercepat. Jadi the accelerated learning artinya pembelajaran yang
dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu
berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep ini, Dave
Meirer, menyarankan kepada guru agar dalam mengelola
kelas menggunakan pendekatan somatic, auditory, visual dan intellectual (SAVI).
Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan
bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and bearing (belajar
dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing
and picturing (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan). Intellectual maksudnya adalah adalah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan
refleksi).
Pembelajaran ala
Accelerated adalah teknik belajar cepat ingat/bisa banyak. Accelerated Learning
yang adalah revolusi training, merupakan cara belajar dengan cara berekreasi
bukan mengkonsumsi. Metode ini menggunakan pendekatan whole-brain learning,
belajar dengan keseimbangan dua belah otak.
Accelerated
Learning sebagai salah satu teknik yang digunakan di dalam Quantum Learning
bertujuan untuk menggugah sepenuhnya kemampuan belajar para pembelajar, membuat
belajar menjadi menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan
sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan
mereka sebagai manusia. (Dave Meiner, 2002).
Ringkasan
Empat Tahap-Tahap
Belajar :
·
Persiapan (preparation)
·
Presentasi (presentation)
·
Latihan (practice)
·
Performa (performance)
Proses belajar dimulai dari adanya minat untuk mempelajari
sesuatu. Untuk melakukan aktivitas belajar, individu melakukan persiapan yang
relevan dengan usaha yang diperlukan untuk melakukan aktivitas belajar. Adanya
minat untuk mempelajari suatu pengetahuan atau keterampilan diikuti dengan
tahap berikutnya yaitu presentasi. Dalam tahap ini individu mulai berkenalan
dengan pengetahuan dan keterampilan yang diminati untuk dipelajari.
Tahap selanjutnya adalah tahap latihan atau practice. Pada
tahap ini individu mulai mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajari dengan pengetahuan dan keterapilan yang telah dikuasai sebelumnya.
Tahap akhir dari proses belajar adalah tahap saat individu memperlihatkan
performa melalui aplikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari
dalam situasi yang nyata.
I.
Tahap 1 : Persiapan
Tujuan
Tahap Persiapan adalah menimbulkan minat para peserta didik, memberi mereka
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan
mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Pendidik melakukan ini dengan :
· Memberikan sugesti positif
· Menyatakan manfaat bagi peserta
didik
· Menyatakan tujuan yang jelas dan
bermakna
· Menciptakan lingkungan fisik yang
positif
· Menciptakan lingkungan sosial yang
positif
· Menenangkan ketakutan pembelajar
· Menghilangkan atau mengurangi
rintangan belajar
· Mengajukan pertanyaan dan masalah
· Menggugah rasa ingin tahu dan
menimbulkan minat
· Mengajak pembelajar telibat penuh
sejak awal
Perbandingan antara Suasana/Lingkungan Ruang Kelas
Tradisional dan Suasana/Lingkungan Ruang Kelas Accelerated Learning
Lingkungan Ruang Kelas Tradisional Menimbulkan :
|
Lingkungan A.L yang ditingkatkan Menimbulkan :
|
ü
Ketegangan
dan stress
ü Kebosanan
ü Individualism terasing
ü Militerisme
ü Resimentasi
ü Suasana steril
ü Control otoriter
ü Motivasi dari luar
ü Perasaan terkurung
ü Belajar terasa berat
|
ü Ketenangan
ü Minat
ü Kerja sama
ü Kesan manusiawi
ü Kebebasan pribadi
ü Kegairahan
ü Rasa hormat kepada orang lain
ü Motivasi dari dalam
ü Kelegaan
ü
Belajar
terasa menyenangkan
|
II.
Tahap 2 : Penyampaian
Tujuan
Tahap Penyampaian adalah membantu pembelajar menentukan materi belajar yang
baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, multi-indra, dan cocok untuk
semua gaya belajar. Pendidik melakukan ini dengan :
·
Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
·
Pengamatan terhadap fenomenon dunia nyata
·
Keterlibatan seluruh-otak, seluruh-tubuh
·
Presentasi interaktif
·
Grafik dan penunjang presentasi berwarna-warni
·
Variasi agar cocok dengan semua gaya belajar
·
Proyek pembelajaran berdasarkan-pasangan dan
berdasarkan-team
·
Berlatih menemukan (pribadi, berpaangan, berdasar team)
·
Pengalaman belajar kontekstual dari dunia nyata
·
Berlatih memecahkan masalah
III.
Tahap 3 : Pelatihan
Tujuan
Tahap Praktek adalah membantu pelajar mengintegrasikan dan memadukan
pengetahuan atau ketrampilan baru dengan berbagai cara. Guru melakukan ini dengan :
·
Aktivias memproses peserta didik
·
Usaha/umpan balik/perenungan/usaha kembali secara langsung
·
Simulasi dunia nyata
·
Permainan belajar
·
Latihan belajar lewat praktek
·
Aktvitas pemecahan-masalah
·
Perenungan dan artikulasi individual
·
Dialog secara berpasangan dan bekelompok
·
Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
·
Aktivitas praktek membangun-keterampilan
·
Mengajar-kembali
IV.
Tahap 4 : Penampilan
Tujuan
Tahap Penampilan Hasil adalah membantu pelajar menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan serta keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga pembelajaran
tetap melekat dan prestasi terus meningkat. Guru melakukan ini dengan :
·
Penerapan segera di dunia-nyata
·
Menciptakan dan melaksanakan rencana aksi
·
Aktivitas penguatan lanjutan
·
Materi penguatan pascasesi
·
Pengarahan berkelanjutan
·
Evaluasi prestasi dan umpan balik
·
Aktivitas dukungan kawan-kawan
·
Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung
Adapun
persiapan dalam implementasi Accelerated Learning adalah sebagai
berikut:
- Get learners out of a passive or resistant mental state – Menyiapkan mental siswa menjadi aktif.
- Remove learning barriers – Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar.
- Arouse learners’ interest and curiosity – Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa
- Give learner positive learning about, and a meaningful relationship with, the subject matter – Membuat siswa berfikir prositif tentang materi pelajaran
- Create active learners who inspired to think, learn, create, and grow – Ciptakan siswa yang aktif yang dapat berfikir dan mencipta
- Get people out of isolation and into a learning community – Buat siswa keluar dari isolasi dan ajaklah mereka melihat masyarakat disekitar
2.3.
PRINSIP-PRINSIP YANG MENDASARI ACCELERATIVE LEARNING
Accelerated Learning merupakan sebuah pendekatan alternatif yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terkait dengan
pembelajaran di sekolah. Implementasi Accelerated Learning menurut Meiner
didasari oleh beberapa prinsip penting yaitu:
1)
Belajar
melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya menggunakan “otak”
(sadar, rasional, memakai “otak kiri”, dan verbal), tetapi juga melibatkan
seluruh tubuh/pikiran dengan segala emosi, indra, dan syarafnya;
2)
Belajar
adalah berekreasi, bukan mengonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap
oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran
terjadi jika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru ke
dalam struktur dirinya sendiri yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah
menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia
baru di dalam sistem otak/tubuh secara menyeluruh;
3)
Kerjasama
membantu dalam proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan
sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan
kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan
diantara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerjasama diantara mereka
mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa
individu yang belajar sendiri-sendiri;
4)
Pembelajaran
berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar bukan hanya menyerap
satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal
sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang pada banyak tingkatan secara
simultan (sadar dan bawah-sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh
saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak/tubuh seseorang.
Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor
paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan
banyak hal sekaligus;
5)
Belajar
berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar
paling baik adalah dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan
sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara
mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara
menjual dengan menjual, dan cara memperhatikan keputusan konsumen dengan
memperhatikan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi
guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak asalkan
di dalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan
umpan balik, merenung, dan menerjunkan diri kembali;
6)
Emosi
positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga
kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif menghalangi belajar. Perasaan
positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan, dan bersuasana
muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai, dan
menarik hati;
7)
Otak
citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia
lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar konkret jauh
lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan
abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi
verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan lebih mudah diingat.
Dari tujuh prinsip diatas
terdapat beberapa poin penting yang dapat kita garis bawahi, yakni:
·
Keterlibatan
total individu akan meningkatkan hasil belajar.
·
Belajar
bukan merupakan proses yang bersifat pasif dalam menyimpan pengetahuan tapi
proses aktif menciptakan pengetahuan.
·
Kolaborasi
diantara siswa akan meningkatkan hasil belajar.
·
Belajar
yang berpusat pada aktivitas jauh lebih baik daripada belajar yang hanya
menekankan pada aktivitas presentasi semata.
·
Peristiwa
belajar yang menekankan pada belajar aktivitas jauh lebih efektif daripada
belajar yang menekankan pada aktivitas presentasi.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, implementasi Accelerated
Learning memiliki beberapa karakteristik utama yaitu:
Ø Flexible—luwes
Ø Joyful—menyenangkan
Ø Multi-pathed—multi jalur
Ø Ends-centered—berpusat pada tujuan
Ø Collaborative—kolaboratif
Ø Humanistic—manusiawi
Ø Multi-sensory—multi sensor
Ø Nurturing—menumbuhkan
Ø Activity-centered—berpusat pada aktivitas
Ø Mental/emotional—menggunakan mental emosional
Ø Result based—berdasar pada hasil
Metode belajar dalam Accelerated Learning mengakui bahwa
masing-masing individu mempunyai cara belajar pribadi pilihan yang sesuai
dengan karakter dirinya. Oleh karena itu, ketika seseorang belajar dengan
menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan karakter dirinya. Oleh karena itu,
ketika seseorang belajar dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan
gaya belajar pribadinya, maka berarti ia telah belajar dengan cara yang paling
alamiah bagi diri sendiri. Sebab, yang alamiah menjadi lebih mudah, dan yang
lebih mudah menjadi lebih cepat, itulah alasan Collin Rose dan Malcom J. Nicholl
menyebutnya cara belajar cepat. Ketika para guru menggunakan cetak biru enam langkah yang sama, maka mereka akan
menjamin bahwa pengalaman belajar adalah lengkap. Dan ketika para guru bekerja
dalam urutan langkah-langkah tersebut, maka mereka akan merasakan bahwa itu
menyenangkan, efektif dan cepat.
2.4.
STRATEGI PEMBELAJARAN ACCELERATIVE LEARNING
Srtategi cara
belajar cepat dalam Accelerated Learning merupakan paduan dari metode-metode
yang dibagi menjadi enam langkah dasar yang dapat diingat dengan mudah dengan
menggunakan singkatan M-A-S-T-E-R. Kata ini diciptakan oleh pelatih terkemuka
Cara Belajar Cepat (CBC) Jayne Nicholl. Adapun pengertian dari M-A-S-T-E-R
menurut Colin Rose dan Malcom J. Nicholl adalah sebagai berikut:
1)
M
adalah “Motivating Your Mind” (memotivasi pikiran)
Dalam memotivasi pikiran maka seseorang harus berada dalam keadaan
pikiran yang “kaya akal”, itu berarti harus dalam keadaan rileks, percaya diri
dan termotivasi. Jika mengalami stres atau kurang percaya diri atau tidak dapat
melihat manfaat dari sesuatu yang dipelajari, maka ia tidak akan bisa belajar
dengan baik. Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu adalah
prasyarat mutlak. Seseorang harus mempunyai keinginan untuk memperoleh
ketrampilan atau pengetahuan baru, harus percaya bahwa dirinya betul-betul
mampu belajar, dan bahwa informasi yang didapatkan akan mempunyai dampak yang
bermakna bagi kehidupannya. Jika belajar hanya dianggap sebagai tugas belaka,
maka besar kemungkinannya akan mengalami kegagalan. Maka dari itu, sebagai
langkah penting pertama untuk melalui proses belajar, harus dapat menemukan AGB
(Apa Gunanya Bagiku). Menanyai diri sendiri, memperdebatkan informasi yang ada,
menanyai diri sendiri dengan pertanyaan seperti “Apakah ini benar? Apakah ini
dapat dimengerti?” adalah bagian-bagian yang esensial dari proses belajar,
karena pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat menjaga fokus perhatian.
2)
A
adalah “Aquiring The Information” (memperoleh informasi)
Dalam belajar seseorang perlu mengambil, memperoleh dan menyerap
fakta-fakta dasar subyek pelajaran yang dipelajari melalui cara yang paling
sesuai dengan pembelajaran inderawi yang disukai. Walaupun ada sejumlah
strategi belajar yang harus diimplementasikan oleh setiap orang. Tetapi juga
ada perbedaan pokok sejauh mana seseorang perlu melihat, mendengar, atau
melibatkan diri secara fisik dalam proses belajar. Dengan mengidentifikasi
kekuatan visual, auditori dan kinestetik, maka seseorang akan dapat memainkan
berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi lebih mudah daripada
sebelumnya.
Ada beberapa strategi yang ditawarkan Colin dan Malcom dalam
memperoleh informasi agar lebih mudah :
a.
Dapatkan
gambaran yang lebih menyeluruh tentang suatu obyek yang dimaksudkan. Otak atau
pikiran mampu merasakan keseluruhan dan sebagian dari suatu hal secara
bersamaan. Otak secara aktif sibuk dalam “pembuatan makna”, yaitu mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya, sementara secara bersamaan
memisahkan informasi kedalam tempatnya masing-masing. Misalnya dalam membaca
sebuah buku, cobalah membuka sekilas-kilas seluruh halamannya. Catatlah (dalam
hati) tajuk-tajuk bab, sub-sub tajuk bab, dan ilustrasi. Berhentilah sejenak,
kemudian baca cepat suatu bagian yang benar-benar menarik perhatian. Inilah
cara efektif untuk mulai belajar.
b.
Kembangkan
gagasan inti setiap subyek pasti memiliki gagasan inti atau gagasan pokok.
Dengan memahami gagasan inti, segala sesuatunya yang lain akan mudah
dimengerti. Sekali bisa memahami gagasan pokoknya, seluruh subyeknya akan
menjadi menarik.
c.
Buat
sketsa dari apa yang telah diketahui. Dalam memulai proses belajar perlu
membuat beberapa catatan tentang apa yang telah diketahui yang berkaitan dengan
apa yang akan dipelajari. Pertama-tama adalah mencatat apa yag telah diketahui.
Barulah kemudian mencatat apa saja yang dibutuhkan untuk menemukan lebih banyak
informasi yang terkait dengannya. Ini akan mendorong untuk mulai merumuskan
pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran, kemudian melalui mencari
jawaban-jawabannya dan akhirnya akan melibatkan sepenuhnya seseorang dalam
proses belajarnya.
d.
Bagi
materi menjadi bagian-bagian kecil. Banyak pelajar yang gagal sebelum memulai
belajar karena merasa apa yang sedang dilakukan sangat membebani. Untuk
mengatasi hal ini adalah dengan memecah-mecah apa yang sedang dipelajari
kedalam bagian-bagian kecil. Dengan mendapatkan informasi bagian per bagian
akan memperoleh sukses kecil yang berkesinambungan tanpa tekanan mental.
e.
Bertanyalah
terus. Dengan mempertanyakan terus apa yang belum diketahui akan membuat
pikiran tetap fokus, dengan mencari dan menemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang disusun akan menjaga ketertarikan terhadap subyek
yang dipelajari.
f.
Kenali
gaya belajar sendiri. Walaupun masing-masing peneliti menggunakan
istilah-istilah yang berbeda dan
menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang, telah
disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana kita
belajar. Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah dan kedua,
cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut. Gaya belajar seseorang
adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta
mengolah informasi.
Jika seseorang akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka dapat
mengambil langkah-langkah penting untuk membantu agar belajar lebih cepat dan
lebih mudah. Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah
pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual,
auditorial, atau kinestetik. Seperti yang telah diusulkan istilah-istilah ini,
orang visual belajar dari apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar
melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan
sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan mengguanakan ketiga
modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada
salah satu diantara ketiganya. Mengidentifikasi dan memahami belajar sendiri
dan gaya-gaya belajar orang lain, akan membuka pintu untuk meningkatkan kinerja
dan prestasi serta memperkaya pengalaman dalam setiap aspek kehidupan.
Seseorang akan mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah, dapat
mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling disukai untuk menerima
informasi, dapat berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan
memperkuat pergaulan dengan orang lain.
3)
S
adalah “Searching Out the Meaning” (menyelidiki makna)
Mengubah fakta ke dalam makna adalah unsur pokok dalam proses
belajar. Menanamkan informasi pada memori mengharuskan seseorang untuk
menyelidiki makna seutuhnya secara seksama dengan mengeksplorasi bahan subyek
yang bersangkutan. Mengubah fakta menjadi makna adalah arena dimana kedelapan
kecerdasan berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan adalah sumberdaya yang bisa
diterapkan ketika mengeksplorasi dan menginterpretasi fakta-fakta dari materi
pelajaran. Teori Delapan Kecerdasan dikemukakan oleh Gardner, yang secara garis
besarnya adalah sebagai berikut :
1)
Kecerdasan
Linguistik (bahasa), yaitu kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi dengan
kata-kata atau bahasa.
2)
Kecerdasan
Logis-Matematis, adalah kemampuan berpikir (menalar) dan menghitung, berpikir
logis dan sistematis.
3)
Kecerdasan
Visual-Spasial, adalah kemampuan berpikir menggunakan gambar, membayangkan
berbagai hal pada mata pikiran.
4)
Kecerdasan
Musikal, adalah kemampuan mengubah atau menciptakan musik, dapat bernyanyi
dengan baik, atau memahami dan mengapresiasi musik.
5)
Kecerdasan
Kinestetik-Tubuh, adalah kemampuan mengguanakan tubuh secara terampil dalam
memecahkan masalah, menciptakan produk atau mengemukakan gagasan dan emosi.
6)
Kecerdasan
Interpersonal (sosial), adalah kemampuan bekerja secara efektif dengan orang
lain, berhubungan dengan orang lain dan memperlihatkan empati dan pengertian,
memperlihatkan motivasi dan tujuan mereka.
7)
Kecerdasan
Intrapersonal yaitu kemampuan menganalisis diri sendiri, mampu merenung dan
menilai prestasi diri, serta mampu membuat rencana dan menyusun tujuan yang
hedak dicapai.
8)
Kecerdasan
Naturalis, yaitu kemampuan mengenal flora dan fauna, melakukan
pemilah-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan menggunakan kemampuan ini
secara produktif.
Dengan menggunakan semua jenis kecerdasan tersebut akan mendorong
seseorang berpikir dalam cara baru, mampu menghidupkan informasi, menjadikannya
mudah diingat, memungkinkan seseorang menginterpretasikan fakta, mengubahnya
dari pengetahuan permukaan menjadi pemahaman mendalam, mengaitkan yang baru
dengan yang sudah diketahui, membandingkan, menarik kesimpulan, dan menjadikan
semua dapat digunakan dan bermakna bagi diri sendiri.
4)
T
adalah “Triggering the Memory” (memicu memori)
Memori menjadi bersifat menetap atau sementara, sangat tergantung
pada bagaimana kekuatan informasi “didaftarkan” untuk pertama kalinya pada
otak. Itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk belajar dengan cara
melibatkan indra pendengaran, penglihatan, berbicara dan bekerja, serta yang
melibatkan emosi-emosi positif. Semua faktor tersebut membuat memori menjadi
kuat.
Disamping setiap orang memiliki berbagai tipe kecerdasan yang
berbeda, mereka juga memiliki daya ingat (kemampuan mengingat) yang berbeda
pula. Sebagian orang sangat baik dalam mengingat nama, wajah, atau angka, namun
tidak ketiga-tiganya sekaligus. Akan tetapi sebenarnya setiap jenis memori
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pelatihan yang benar. Dan berikut
ini adalah beberapa metode untuk mengingat informasi yang sederhana maupun yang
kompleks agar dapat tersimpan dalam memori :
a.
Memutuskan
untuk mengingat seseorang ingat sesuatu yang ingin diingatnya. Kata-kata
kuncinya disini adalah ingin. Seseorang harus membuat keputusan secara sadar
bahwa ingin mengingat sesuatu. Jika seseorang ingin belajar sesuatu, harus
memilihnya secara sadar. Harus mentukan pilihan (keputusan) untuk mengingat
atau tidak mengingat. Beberapa ahli mengatakan bahwa untuk memasukkan informasi
ke dalam memori jangka panjang, harus memusatkan pikiran padanya selama paling
tidak delapan detik.
b.
Ambillah
jeda, dan sering-seringlah dalam mengikuti sesi kerja yang lama perlu mengambil
jeda atau rehat setidaknya setiap tiga puluh menit, dan hanya butuh waktu dua
hingga lima menit, tetapi akan menjadi isyarat yang lengkap dari pa yang tengah
dipelajari. Hal ini karena seseorang akan mengingat dengan sangat baik
informasi yang didengar atau dilihat pada awal dan akhir suatu sesi belajar,
maka dari itu dengan mengambil beberapa kali jeda, akan mengingat lebih banyak
informasi yang diberikan ditengah-tengah.
c.
“Ulangi”
selama dan sesudah belajar
Pengulangan
dan peninjauan kembali materi yang dipelajari merupakan tahap-tahap sangat
penting dalam menciptakan memori jangka panjang. Penelitian menunjukkan bahwa
seseorang akan mengingat sesuatu yang baru, ulangilah hal itu segera, dan
ulangi lagi setelah 24 jam, lalu setelah satu minggu, setelah dua minggu, satu
bulan dan enam bulan. Setelah itu seseorang akan mampu mengingatnya terus jika
mengulanginya setiap enam bulan.
d.
Ciptakan
Memori Multi-Sensori
Setiap
manusia memiliki memori terpisah atas apa yang dilihat, didengar, diucapkan,
dan dikerjakan. Karena itu, pengalaman multi-sensori akan memperluas dan
memperdalam potensi seseorang dalam mengingat. Maka, pastikan bahwa ada
pengalaman-pengalaman visual (lihat/pandang), auditori (dengar), dan kinestetik
(gerak-laku).
e.
Ciptakan
Akronim (Singkatan)
Akronim
(singkatan) adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal, atau
masing-masing bagian dari sekelompok kata, atau istilah gabungan. Membuat
berbagai akronim akan membuat lebih banyak memori menjadi menetap.
f.
Kilatan
Memori
Cara
mengingat dengan teknik kilatan memori sangat efektif dan sederhana. Pada
kenyataannya ketika cara itu digunakan di kelas, kebanyakan siswa memilihnya
sebagai satu strategi yang paling baik untuk mengingat. Berikut ini cara yang
dimaksud :
1)
Buat
catatan dalam bentuk peta konsep atau daftar ringkas.
2)
Pelajari
dengan seksama selama satu atau dua menit.
3)
Kesampingkan
catatan itu, lalu buat lagi peta konsep berdasarkan ingatan.
4)
Kini
bandingkan kedua peta konsep, akan segera terlihat ada yang terlewat.
5)
Sekarang
buatlah peta konsep yang ketiga, kemudian bandingkan dengan yang pertama.
Suatu gagasan yang bahkan lebih baik adalah mengikat bersama
kekuatan kilatan memori dengan sebuah akronim.
g.
Kartu
Belajar
Beberapa
subyek cukup ideal bagi kartu-kartu belajar, misalnya rumus-rumus ilmiah atau
kata-kata asing. Gunakan kartu-kartu itu pada waktu santai untuk mengulang dan menguji
diri sendiri.
h.
Belajar
Secara Menyeluruh
Dalam
mempelajari bahan yang banyak jangan melakukannya baris demi baris, pelajarilah
secara menyeluruh sebagai satu kesatuan. Metode ini lebih efektif daripada
metode “dari bagian ke keseluruhan” karena metode ini dimulai dari gambaran
besar, pola yang menyeluruh, dan itu bersifat multi sensori.
i.
Ubahlah
Ke Dalam Bentuk Cerita
Seseorang
bisa menambahkan dimensi lain dengan membuat sebuah cerita untuk membantu
mengingat butir-butir kunci.
j.
Iringi
dengan Musik
Dalam
dunia pendidikan, pengaruh musik terhadap peningkatan kemampuan akademik sudah
cukup lama diyakini, selain dapata berpengaruh positif terhadap kualitas
kehidupan anak-anak, juga dapat merangsang keberhasilan akademik jangka
panjang. Musik sebagai bentuk seni, diintegrasikan penyajiannya dalam bidang
studi lain di sekolah dapat meningkatkan hasil belajar bidang studi itu selain
hasil belajar musik sendiri. Musik dan ritme membuat seseorang lebih mudah
mengingat. Hal ini disebabkan karena musik sebenarnya berhubungan dan
mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama melakukan pekerjaan mental
yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat. Gelombang
otak meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi,
denyut jantung dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur. Biasanya
akan sulit berkonsentrasi ketika benar-benar relaks, dan sulit untuk relaks
ketika berkonsentrasi penuh. Jadi relaksasi yang diiringi dengan musik membuat
pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi.
6.
E
adalah “Exhibiting What You Know” (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui)
Untuk mengetahui bahwa seseorang telah paham dengan apa yang
dipelajarinya bisa dilakukan dengan beberapa teknik. Pertama, dengan menguji
diri sendiri. Buktikan bahwa dia memang betul-betul telah mengetahui suatu
subyek dengan pengetahuan yang mendalam, bukan hanya luarnya saja. Menguji diri
harus menjadi penjabaran otomatis dan langsung atas kemampuan yang dimiliki.
Ketika seseorang menjadikan uji diri sebagai bagian otomatis dari teknik
belajar maka seseorang akan menjadi “lebih mampu melihat fakta” atas kesalahan
yang mungkin dilakukan. Seseorang akan mulai mengerti bahwa kesalahan mempunyai
peran cukup berarti dalam belajar. Kesalahan adalah umpan balik yang
bermanfaat, kesalahan adalah batu loncatan, bukan penghalang. Yang harus
dipikirkan adalah bukan seberapa banyak kesalahan yang dibuat, tetapi apa jenis
kesalahan yang dilakukan. Kesalahan hanyalah terminal-terminal sementara di
jalan menuju sukses. Evaluasi dari teman sebaya dan guru merupakan bagian
penting dalam mencapai puncak pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah
evaluasi mandiri. Evaluasi mandiri merupakan metode berpikir yang tinggi,
karena membutuhkan kemampuan refleksi, analisis, sintesis, dan menilai. Kedua,
mempraktikkan apa yang dipelajari kepada teman atau sahabat. Jika seseorang
bisa mengajarkan apa yang diketahuinya kepada orang lain, maka hal ini
menunjukkan bahwa dia telah paham, dan pengetahuan itu tidak hanya
diketahuinya, tapi juga dimilikinya. Ketiga, menggunakan apa yang telah
dipelajari secara bebas dan berjarak dari lingkungan belajar. Karena itulah
mengapa langkah “pamerkan apa yang diketahui” sangat penting. Menggunakan apa
yang telah dipelajari dalam cara yang berbeda, meningkatkan, serta
mengembangkannya adalah penguasaan yang sebenarnya. Keempat, mencari dukungan
dari orang lain, baik itu orang tua, atau teman belajar. Melalui cara ini akan
didapatkan umpan balik langsung tentang ketepatan dan keefektifan cara belajar
yang digunakan serta cara mempresentasikannya. Selain itu juga akan mendapat
sudut pandang yang berbeda atas subyek yang dipelajari.
7.
R
adalah “Reflecting How You’ve Learned” (Merefleksikan Bagaimana Anda Belajar)
Seseorang perlu merefleksikan pengalaman belajarnya, bukan hanya
pada apa yang telah dipelajari, tetapi juga pada bagaimana mempelajarinya.
Dalam langkah ini seseorang meneliti dan menguji cara belajarnya sendiri.
Kemudian menyimpulkan teknik-teknik dan ide-ide yang terbaik untuk diri
sendiri. Secara bertahap, seseorang akan dapat mengembangkan suatu pendekatan
cara belajar yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya. Langkah terakhir
dalam rencana belajar ini adalah berhenti, kemudian merenungkan dan menanyakan pertanyaan
ini pada diri sendiri: Bagaimana pembelajaran berlangsung? Bagaimana
pembelajaran dapat berjalan lebih baik? Dan apa makna pentingnya bagi saya?
Mengkaji dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu
mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijakan untuk melompat ke
depan. Sekali bisa mempelajari kombinasi personal kecerdasan dan cara belajar
yang disukai, maka potensi belajar akan terbuka lebar-lebar. Pemantauan diri,
evaluasi diri dan introspeksi terus-menerus adalah karakteristik kunci yang
harus dimiliki pembelajar yang punya motivasi diri.
2.5.
MANFAAT IMPLEMENTASI ACCELERATIVE LEARNING
Implementasi Accelerated Learning memberikan keuntungan (benefts)
dalam hal:
·
Ignete
your creative imagination – menciptakan
imajinasi kreatif siswa
·
Get
learner totally involved – membuat
siswa terlibat total
·
Create
healthier learning environments –
menciptakan lingkungan belajar yang sehat
·
Speed
and enchance learning – mempercepat
dan memperkaya belajar
·
Improve
retention and job performance –
meningkatkan daya ingat dan performa
·
Speed
the design process – mempercepat
proses rancangan belajar
·
Build
effective learning communities –
membangun masyarakat belajar yang efektif
·
Greatly
improve technology-driven learning –
meningkatkan penggunaan teknologi dalam pembelajaran
Adapun persiapan dalam implementasi Accelerated Learning adalah
sebagai berikut :
·
Get
learnes out of a passive or resistant mental state – Menyiapkan mental siswa
menjadi aktif.
·
Remove
learning barries – Menghapus hambatan-hambatan dalam belajar.
·
Arous
learners’ interest and curiosity – Meningkatkan minat dan rasa ingin tahu
siswa.
·
Give
learner positive learning about, and a meaningful relationship with, the
subject matter- Membuat siswa berfikir positif tentang materi pelajaran.
·
Create
active learners who inspired to think, learn, create, and grow – Ciptakan siswa
yang aktif yang dapat berfikir dan mencipta.
·
Get
people out of isolation and into a learning community – Buat siswa keluar dari
isolasi dan ajaklah mereka melihat masyarakat disekitar.
Menerapkan
Accelerated Learning dapat membantu organisasi pendidik menghemat waktu dan
uang, membangun daya kerja yang lebih sehat, dan menikmati pengembalian
investasi yang lbih baik-dari segi financial ataupun operasional.
Inilah
perbandingan antara beberapa cirri belajar tradisional vs Accelerated Learning.
Semua ini hanya berupa kecenderungan dan bukan benar-benar murni kebalikannya.
Belajar
Tradisional Cenderung :
|
Belajar
Accelerated Learning cenderung :
|
ü Kaku
ü
Muram dan
serius
ü
Satu-jalan
ü
Mementingkan
sarana
ü
Bersaing
ü
Behavioristis
ü
Verbal
ü
Mengontrol
ü
Mementingkan
materi
ü
Mental
(kognitif)
ü
Berdasar-waktu
|
ü
Luwes
ü
Gembira
ü
Banyak-jalan
ü
Mementingkan
tujuan
ü
Bekerja
sama
ü
Manusiawi
ü
Multi-indriawi
ü
Mengasuh
ü
Mementingkan
aktivitas
ü
Mental/emosional/fisik
ü
Berdasar-hasil
|
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Konsep belajar cepat (accelerative learning / accelerated learning)
adalah suatu pendekatan dalam dunia pendidikan modern yang menawarkan
alternatif baru dalam proses pembelajaran. Diharapkan, proses belajar yang
selama ini merupakan kegiatan yang membebani siswa (mahasiswa) dapat menjadi
kegiatan yang menyenangkan dan efektif. Konsep ini adalah sebuah konsep belajar
yang dilatarbelakangi oleh kecepatan perubahan dunia yang menuntut adanya upaya
untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Upaya itu adalah dengan terus menerus
meningkatkan kemampuan belajar personal melalui metode accelerated learning
yang lebih metekankan pada kecenderungan masing-masing individu terhadap gaya
belajar pribadinya. Dengan cara inilah seseorang akan dapat belajar dengan menggunakan
cara yang paling alamiah, dan yang alamiah itu akan menjadikan proses belajar
menjadi mudah dan menyenangkan, sedangkan belajar yang mudah akan menjadikan
proses belajar menjadi lebih cepat.
Implikasi accelerated learning terhadap proses belajar mengajar di
kelas meliputi tiga konsep dasar, yaitu konsep belajar mengajar, strategi
pembelajaran, dan cara belajar siswa. Konsep belajar mengajar dalam accelerated
learning menuntut adanya interaksi antara guru dan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar di kelas. Harus ada prakarsa dari guru terlebih dahulu
untuk selanjutnya mendapat respon dari siswa. Jadi, antara konsep belajar dan
konsep mengajar harus berjalan beriringan. Dalam strategi pembelajaran guru
dituntut mampu merancang strategi-strategi yang dapat menjadikan proses belajar
berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam cara belajarnya, siswa diminta
mengaplikasikan metode belajar 6 langkah M-A-S-T-E-R pada setiap kegiatan
belajar mengajar.
3.2. DAFTAR
PUSTAKA
Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara
Djamarah, Syaiful Bahri. 1997. Strategi Belajar
Mengajar.Jakarta:Rineka Cipta Meier, Dave. 2002. Accelerated Learning Hand Book
The (terj). Bandung: Kaifa. Nasution, S. 1995.
Rose, Colin dan J. Nicholl, Malcolm. 2002. Accelerated Learning For
The 21 ST Century (terj) Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa
Suyanto. 2009. Accelerated Learning (online)
Meier, Dave. 2004. The Accelerated Learning
Handbook. Bandung : Kaifa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar